Tanak Awu - Lombok Tengah - NTB Sudah Ramai Wisatawan


Berkat ada nya Bandara di Lombok Tengah, kehidupan dan usaha pun sedikit demi sedikit berangsur sudah mulai berubah ke arah yang lebih baik terutama yang berada di sekitar area bandara. 
Daerah yang dulunya sepi dan gelap dimalam hari itu kini bising oleh suara mobil lalu lalang dan sudah mulai ramai, banyak hotel - hotel dibangun, tempat makan, kios modern dan lain-lain.

Siapa yang mengira akan menjadi ramai seperti sekarang ini, bahkan JIN - JIN didaerah tanak awu yang notabene adalah sawah, sepi, gelap pun sudah pada ngungsi sekarang. Entah kemana JIN - JIN penunggu sawah pada menggungsi sekarang. (kasian :( )

Desa Tanak awu, YA. Desa tanak awu adalah tempat dimana Bandara Internasional Lombok (BIL) atau Lombok International Airport (LIA) berdiri dibangun sekarang. Pada tahun 90an, mungkin bagi beberapa orang bertanya, Tanak Awu tuh apa sih ? Kenapa dipelajaran Geografi adanya cuman tanah agosol, organosol.

Tanak Awu adalah salah satu desa di kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Di desa inilah berlokasi Bandara Internasional Lombok atau Lombok International Airport.

Tanak Awu memang memiliki tanah lapang yang amat luas sehingga dimanfaatkan sebagai lokasi pembangunan Lombok International Airport (LIA). Proses awal pembangunan yang kontroversial memang sebuah awal yang wajar bagi proyek tersebut.

Mulai dari para warga yang termakan hasutan dampak buruk dibangunnya Bandara bagi originalitas budaya dan adat suku, westernisasi, merosotnya moral, hingga kekhawatiran akan mahluk halus yang menghuni gunung yang terpaksa harus diledakkan (diratakan) menjadi marah dan ngamuk.

Telepas dari itu semua, memegang janji pemerintah bahwa sebagian besar (+80%) kelak pekerja yang direkrut di Bandara tersebut harus merupakan putra daerah NTB, khususnya Lombok Tengah atau sekitar area Bandara. 

Para pemuda pelajar lombok semestinya lebih termotifasi untuk membantu merealisasikan janji tersebut supaya tak hanya sekedar bumbu pemanis untuk membujuk warga guna mendukung lancarnya pembangunan.

Berapakah jumlah kaum intelektual NTB ? 

Terlebih tak semuanya bercita2 untuk menargetkan bekerja di Bandara tersebut kelak,! Atau sebagian memilih bekerja di luar, dan sebagian besar tergiur gaji dari menjadi TKI, meninggalkan kampung halaman.

Jangan sampai +80% tersebut hanya terisi oleh pedagang asongan, supir taksi, dan pesuruh sehingga para pendatang dan pihak asing justru menempati posisi atas. 

“NTB BERSAING” sebuah selogan untuk Pembangunan yang kini gencar dilakukan, terlebih bidang pariwisata sangat berpotensi memberi lapangan kerja dan hidup yang lebih layak bagi mansyarakat lokal.

Silahkan berikan komentar!
EmoticonEmoticon