Disini Rakyat Menangis Pak !


Entah sudah sampai episode yang ke berapa, sinetron kejahatan yang di sutradarai oleh Penguasa Naungan Negeri, Negeri ini harus kembali memeras air mata rakyat, sebagai penonton bahkan hampir  di setiap channel kehidupan ini tidak satupun episode yang membuat penonoton tersenyum dan bernafas lega.

Selalu saja ada adegan- adegan yang bertentangan dengan hati nurani penonton, itulah fenomena kita saat ini, tanta-tanda zaman kita telah mencapai neucleus gelapnya, ketika iblis yang  bernama Penguasa negeri dengan bermilyar-milyar setannya menggerakkan pesta ritual melalui gebyar peradapan liar yang limbahnya akan mengalir ke tepi-tepi rumah rakyat yang belum kering akibat semburan liur para pecundang  ini.

Iblis memang mencekam, pada saat-saat terakhir ini, naungan ini seakan  mengerikan,, Iblis puas ketika berhasil membunuh penonton dengan segala bentuk senjatanya dan rasa puas itulah gema dari pesta pora iblis yang bernama Penguasa dengan setan-setannya.

Puncak pesta itu justru ketika Penonton menjerit, menangis karena tidak mampu lagi melihat gelapnya dunia tapi anehnya kesengsaraan dan penderitaan yang di rasakan penonton bisa memberikan energi besar yang luar biasa bagi milyaran setan,, hingga tak jarang melakukan aksi bunuh diri karena mereka menganggap sebagai jalan terakhir atas keputusasaan pada kehidupan, jalan terakhir yang semakin gelap yang mereka yakini sebagai cara mudah menyelesaikan masalah.

Kenyataan di atas di perkuat oleh ulah para Penguasa ini termasuk para aktor televisi, para ulama’ bahkan para pelacur pun berlomba-lomba mempersiapkan parade pementasan teater negeri untuk merebut posisi kursi kekuasaan layaknya kucing berebut tulang ikan di tumpukan sampah, seiring dengan pesta panen rakyat yang memilukan seiring dengan itu pula mereka sibuk  keluar masuk pintu pendaftaran parade negeri ini ada yang belum menyelesaikan sekenario pementasannya ada yang tertolak karena draf naskahnya tidak sesuai dengan aturan bahkan yang lebih menggelikan adalah di kalangan para ulama yang bertengkar mati-matian  gara-gara memperebutkan siapa yang akan maju menjadi aktor utama dalam pementasan nanti…!!!!!!!!!!!

Para pelacurpun tak ketinggalan di temani para setan istana mereka bersyafari mencari pemain pendukung walaupun dia harus menjual SELANKANGANNYA dengan harga yang Cuma-Cuma demi mendapatkan pemain, para pelacur yang berhasil merebut kursi kekuasaan akan menambah daftar para pelacur yang jadi pemerannya, itu semua akan semakin memperjelas arena pelacuran di senayan di banding pelacuran (pelacuran politik) di sepanjang rel kereta api.

Lalu bagaimana dengan mereka?
Mereka yang menjerit hatinya, tertindas posisinya, di lempar harkatnya, setiap malam menangis dan menjerit oleh ketertindasan ekonomi!!!!
Masih adakah orang yang mendengar jeritannya, masih adakah sosok sutradara treatikal negeri ini yang ingin menulis tangisannya dengan air mata untuk di jadikan skenario dalam parade pementasan nanti?

Masih adakah seorang pelacur senayan yang akan memberikan selangkangannya untuk para pemuda desa yang membutuhkan kenikmatan?
Atau seorang ulama yang akan mengkhutbahkan tangisan dan jeritan rakyat ketika genderang pertunjukan di mulai??
Tapi siapakah yang mengakui semua itu??
Di tengah-tengah arogansi psikologis yang membebal seperti saat ini, siapakah yang berani mengakui keiblisannya, kesetannya di tengah-tengah tabir tebal dosanya?
Siapakah yang mau mengakui kekotoran hatinya disaat kotoran menjadi makanan sehari-hari para iblis yang berada di luar jangkauan orang kecil.

Kapan negara ini menomor satukan kepentingan rakyat kecil ?
Jawaban ini perlu kita kaji sampai tuntas.
“wallahua’lam bissawab”

Silahkan berikan komentar!
EmoticonEmoticon